A. Perkembangan Kemampuan Berbahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang
anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan berbahasa yang baik
pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran,
perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa
ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat
sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan
kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.
Pada usia Taman Kanak-Kanak (4–6 tahun),
perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai
berikut :
1.
Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.
2.
Memiliki
berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya
dan kata sambung.
3.
Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.
5.
Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar
Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh
berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang
berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti
(boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan
menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda
munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan
berkembangnya sel-sel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000 : 6)
Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada
anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.
Tahap fantasi (magical
stage)
Pada tahap ini anak
mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat
atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya.
Pada tahap pertama, guru dapat memberikan atau menunjukkan model/contoh tentang
perlunya membaca, membacakan sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.
2.
Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Anak memandang dirinya
sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura
membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku,
menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan.
Pada tahap kedua, orang
tua atau guru memberikan rangsangan dengan jalan membacakan sesuatu pada anak.
Guru hendaknya memberikan akses pada buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang
tua atau guru juga hendaknya melibatkan anak membacakan buku.
3.
Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak
menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah
dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya,
dapat mengulang kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari
puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad.
Pada tahap ketiga, guru
membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu
dan puisi, memberikan kesempatan sesering mungkin.
4.
Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)
Anak mulai menggunakan
tiga sistem isyarat (fraphoponic,
semantic dan syntactic) secara
bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada
konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai
tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.
Pada tahap keempat guru
masih harus membacakan sesuatu pada anak-anak sehingga mendorong anak membaca
suatu pada berbagai situasi. Orang tua dan guru jangan memaksa anak membaca
huruf secara sempurna.
5.
Tahap membaca lancar (independent reader stage)
Pada tahap ini anak
dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun
pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat
perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung
dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000 : 7 – 8).
Untuk memberikan rangsangan positif terhadap
munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan
berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya
peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain
secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang
tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal
B. Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-KanaK
Untuk melaksanakan
pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang
diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan,
kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang
identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca
dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat
disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut :
1.
Kemampuan mendengar
Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat
menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran.
Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari
orang lain secara benar
2.
Kemampuan melihat dan memahami
Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati
dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini
berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa
serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.
3.
Kamampuan berbicara
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi
secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang
kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi
sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur.
4.
Membaca gambar
Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu
menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan,
indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah.
a.
Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan
beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11)
b.
Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat
sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13)
c.
Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6
gambar). (Bhs. 14)
d.
Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat
sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang
dikenalnya.
e.
Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan
simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)
Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan
kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan
permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan
sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman
Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)